iThenticate

Document Viewer
Similarity Index
18%

06 Implementasi Pengembangan Nilai Karakter Akh...

By: Adawiyah Pettalongi

As of: Feb 6, 2023 3:45:38 PM
3,769 words - 16 matches - 12 sources

sources:

paper text:

Prosiding Kajian Islam dan Integrasi Ilmu di Era Society 5.0 (KIIIES 5.0) Pascasarjana Universitas Islam Negeri Datokarama Palu 2022, Volume 1
ISSN 2962-7257 Website: https://kiiies50.uindatokarama.ac.id/ Implementasi Pengembangan Nilai Karakter Akhlakul Karimah Santri Pondok Pesantren Modern Alkhairaat Siniu Dalam Menghadapi Perkembangan Era Society 5.0 Muh. Khairul Umam1, Nurdin Nurdin2 & Adawiyah Pettalongi3 Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Datokarama Palu Email : muhkhairulumamabidin@gmail.com INFORMASI INFORMASI ABSTRAK KATA KUNCI Nilai Karakter Akhlakul Karimah & Perkembangan
Era Society 5.0 Era society 5.0 merupakan kelanjutan dari era revolusi industri 4.0 yang lebih menonjolkan sisi humanisme dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial termasuk pendidikan dengan mengintegrasikan antara virtual dan realita
. Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang perlu didukung dalam menghadapai perkembangan zaman khususnya dalam
kajian islam dan Integritas Ilmu di Era Society 5.0
hal demikian di dukung dengan kesiapan karakter santri yang berijiwa akhlakul karimah yang ditata dengan berbagai ilmu agama serta disiplin dalam menyiarkan islam. Implementasi pendidikan karakter terhadap santri pondok pesantren modern Alkhairaat Siniu hal tersebut merupakan bentuk upaya dalam meningkatkan kesiapan yang matang dalam menghadapi tantangan zaman yang kian lama semakin berkembang pesat, dapat disadari secara seksama pondok pesantren adalah Lembaga Pendidikan islam yang banyak mengkaji berbagai keilmuan agama dan para santri tentunya memiliki bekal ilmu agama yang cukup untuk bekal dirinya, terlepas dari keilmuan, pendidikan karakter akhlakul karimah menjadi sesuatu yang sangat penting untuk mengimbangi keilmuan yang dimiliki para santri, karna apalah arti keilmuan tanpa adanya jiwa akhlakul karimah. 1. Pendahuluan Sejarah pertumbuhan peradaban manusia banyak menunjukkan kemajuan diberbagai bidang, di fase yang semakin pesat ini membuktikan bahwa salah satu faktor yang menentukan keberhasilan masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan di lihat dari perkembangan zaman yang semakin maju dan pesat, belum usainya perkembangan industri 4.0 kini masyarakat akan menghadapi era Society 5.0 dengan adanya itu semua diharapkan perkembangan masyarakat Indonesia akan semakin maju dan menjadi pusat perhatian dunia.
Pendidikan agama islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi
(Arifin, 2009). Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang perlu didukung dalam menghadapai perkembangan zaman khususnya dalam
kajian islam dan Integritas Ilmu di Era Society 5.0
hal demikian di dukung dengan kesiapan karakter santri yang berijiwa akhlakulkarimah yang ditata dengan berbagai ilmu agama serta disiplin dalam menyiarkan islam. Dalam pemaparan penulis, perlu adanya implementasi pendidikan karakter terhadap santri pondok pesantren modern Alkhairaat Siniu hal tersebut merupakan bentuk upaya dalam meningkatkan kesiapan yang matang dalam menghadapi tantangan zaman yang kian lama semaking berkembang pesat, dapat disadari secara seksama pondok pesantren adalah Lembaga Pendidikan islam yang banyak mengkaji berbagai keilmuan agama dan para santri tentunya memiliki bekal ilmu agama yang cukup untuk bekal dirinya, terlepas dari keilmuan, pendidikan karakter akhlakulkarimah menjadi sesuatu yang 1Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI). Makalah dipresentasekan pada Seminar Nasional
Kajian Islam dan Integrasi Ilmu di Era Society 5.0 (KIIIES 5.0 ) pada Pascasarjana Universitas Islam Negeri Datokarama Palu
sebagai Presenter 2 Dosen UIN Datokarama Palu 3 Dosen UIN Datokarama Palu sangat penting untuk mengimbangi keilmuan yang dimiliki para santri, karna apalah arti keilmuan tanpa adanya jiwa akhlakulkarimah. Pengembangan karakter akhlakulkarimah akan memberikan dapak yang positif terhadap masyarakat umum baik dilingkungan pesantren khususnya bagi santri karena berbekal karakter yang baik akan menjadikan santri tersebut sebagai sosok yang menjadi panutan banyak orang. Dari pembahasan tersebut dapat dikaitkan dengan tujuan dan kurikulum pendidkan Agama Islam. Tujuan pendidikan Agama Islam adalah segala sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin menjelaskan bahwa tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu. Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu (Arifin, 2009). Kurikulum Pendidikan Agama Islam menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi (Majid & Andayani, 2004). Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulai dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bangsa dan Negara (Muhaimin, 2004). Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan Agama Islam adalah agar dapat memahami ajaran agama islam dalam rangka untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pembinaan dan pemupukan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dapat berkembang dalam keimanannya serta berakhlak mulia. Selanjutnya dapat tercermin dalam bentuk tingkah laku kepribadiannya. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Penanaman Nilai Sebelum membahas penanaman nilai penulis akan menjelaskan isi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang, 2003). Dari tersebut diantaranya disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional yaitu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, untuk itu penulis akan menjelaskaan tentang pengertian terkait penanaman nilai dibawah ini: a. Pengertian
Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan menanam, menanami, atau cara menanamkan
(Moeljadi, 2020).
Penanaman yang dimaksud merupakan suatu cara atau proses untuk menanamkan suatu perbuatan sehingga apa yang diinginkan untuk ditanamkan akan tumbuh dalam diri seseorang. Nilai berasal dari bahasa latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau sekelompok orang . Nilai tersebut berarti sesuatu yang berguna dan dipandang baik, baik itu menurut pandangan seseorang maupun berdasarkan sekelompok orang (Safitri, 2021). Menurut Linda dan Richard Eyre (dalam Buku Susilo) yang dimaksud nilai adalah standar-standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana hidup kita , dan bagaiman kita memperlakukan orang lain secara lebih baik . Nilai juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang memiliki kegunaan atau manfaat apabila digunakan oleh manusia dimana nilai ini terimplikasi dalam perilaku atau sikap seseorang yang mengarah kepada kebaikan
(Susilo, 2012). 1. Macam – macam Nilai Notonegoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian (Dhea, 2020). a. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia. b. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. c. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian ini meliputi: 1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (cipta, budi, rasio) manusia 2) Nilai keindahan atau nilai estetika yang bersumber pada unsur perasaan manusia. 3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia. 4) Nilai religious (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak bersumber pada kepercayaan atau KIIIES 5.0, 2022, Volume 1 keyakinan manusia. 2.2 Karakter a. Hakikat
karakter Istilah karakter sama sekali bukan satu hal yang baru bagi kita. Ir.soekarno, salah seorang pendidik Republik Indonesia, telah menyatakan tentang pentingnya “nation and character building” bagi Negara yang merdeka. Konsep membangun karakter juga kembali di kumandangkan oleh soekarno era 1960-an dengan istilah berdiri di atas kaki sendiri (berdikari ) (Siregar, 2018). Karakter berasal dari bahasa yunani kharakter yang berakar dari diksi kharassein yang berarti memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave
),
karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat- sifat kejiwaan/tabiat/watak. Karakter dalam American Herritage Dictionary, merupakan kuaitas sifat, ciri, atribut, serta kemampuan khas yang dimiliki individu yang membedakannya dari pribadi yang lain
.
Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya (Depdiknas, 2010). Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan
dari.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Narwanti, 2011
). 2.3 Penanaman Nilai Akhlakul Karimah a. Pengertian Akhlakul Karimah Sebelum membahas tentang akhlakul karimah terlebih dahulu dijelaskan pengertian akhlak. Akhlak yang Islam adalah akhlak yang bersumber dari alquran. Akhlak adalah buah dari akidah dan syari‟ah yang benar. Secara mendasar akhlak erat kaitannya dengan Sang pencipta manusia (khaliq) dan yang diciptakan (makhluk). Rasulullah di utus untuk menyempurnakan akhlak memperbaiki hubungan antara khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan), serta hubungan antara makhluk dengan makhluk Secara istilah menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Selajutnya Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melakukan suatu perbuatan dan gampang untuk dilaksanakan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan yang matang (Amin, 2020). Pengertian lain, akhlak karimah (akhlak mulia) ialah akhlak yang sejalan dengan Al-Quran dan sunnah (Hakim dan Mubarok, 2017). Jadi akhlak karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah (akhlak karimah) di lahirkan berdasarkan sifat-sifat dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran- ajaran yang terkandung dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Sebagai contoh malu berbuat jahat adalah salah satu dari akhlak yang baik. Akhlak yang baik disebut juga akhlak karimah. Akhlakul karimah (akhlak muia) akan terwujud pada diri seseorang karena memiliki aqidah dan syariah yang benar (Amin, 2018). Nilai akhlakul karimah
adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan seseorang dapat menghayatinya menjadi sesuatu yang bermanfaat . Sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik , bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau
sekelompok orang. Nilai juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang memiliki kegunaan atau manfaat apabila digunakan oleh manusia dimana nilai ini terimplikasi dalam perilaku atau sikap seseorang yang mengarah kepada kebaikan
. Sedangkan akhlakul karimah merupakan budi pekerti atau perangai yang dimiliki oleh manusia dimana dengan perangai itu menjadi cerminan apa yang dilakukan oleh manusia sehari-hari (Susilo, 2012). 123 2.4 Era Society 5.0 Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Contoh aplikasi yang akan diterapkan oleh pemerintah Jepang dengan adanya konsep peradaban baru ini diantaranya sebagai berikut. Masyarakat 5.0 adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang dikembangkan oleh Jepang. Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia. Melalui Masyarakat 5.0, kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan (the Internet of Things) menjadi suatu kearifan baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan. Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. 3. Methodologi Dalam penyusunan makalah
ini jenis penelitian yang dipakai penulis yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta data yang dikumpulkan terutama data kualitatif
. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara jelas dan rinci tentang implementasi pengembangan nilai karakter akhlakul karimah santri pondok pesantren modern Alkhairaat Siniu dalam menghadapi perkembangan era society 5.0, oleh karena itu peneliti melakukan serangkaian kegiatan di lapangan mulai dari eksplorasi hingga lokasi penelitian, studi orientasi, dan dilanjutkan dengan studi terfokus di pondok pesantren modern Alkhairaat Siniu. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus. Dalam prosesnya, langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti adalah mengamati bagaimana proses pelaksanaan pengembangan nilai karakter akhlakul karimah santri yang dilakukan oleh pesantren, kegiatan sehari-hari para santri yang terdapat dalam pengembangan nilai karakter akhlakul karimah santri pondok pesantren modern Alkhairaat Siniu dalam menghadapi perkembangan era society 5.0, peristiwa-peristiwa yang terjadi di modern Alkhairaat Siniu yang didapatkan melalui observasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan santri, latihan dan pembiasaan nilai-nilai akhlak, serta perilaku Kyai dan para ustadz dalam memberikan keteladanan bagi para santrinya sebagai upaya mendidik dan membina akhlakul karimah santri pesantren modern Alkhairaat Siniu, dan informasi melalui dokumen dokumen-dokumen pendukung lainnya. Analisis data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: mengorganisasikan data, mendeskripsikannya ke dalam unit, observasi, wawancara, kemudian menyusun ke dalam pola, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Karena mengolah dan menganalisis data adalah upaya untuk mengatur data secara sistematis. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Implementasi Pengembangan Nilai Karakter Akhlakul Karimah Santri Pondok Pesantren Modern Alkhairaat Siniu Dalam Menghadapi Perkembangan Era Society 5.0 Untuk mengetahui apakah santri bersikap baik terhadap teman sebaya. Berdasarkan wawancara pada tanggal 9 Juni 2022 dengan Ustadz Said yang merupakan guru di lembaga tersebut, beliau menyatakan bahwa : “sikap santri baik-baik saja terhadap temannya saling menghormati dan menghargai setiap tindakan yang dilakukan, kami juga sering mengingatkan bahwasanya harus selalu bersikap baik terhadap teman dan orang lain, tidak boleh saling bully. walaupun terkadang masih ada sebagian santri yang suka saling mengganggu antar teman biasanya yang santri laki-lakinya, selanjutnya dalam meningkatkan kualitas santri dalam menghadapi perkembangan zaman ini kami para guru terus memberikan pencerahan serta penanaman nilai-nilai kebaikan di antaranya ialah penguatan Akhlakul Karimah, karakter atau sifat akhlakul karimah haruslah kami tanamkan dalam diri setiap santri untuk modal mereka menghadapi berbagai tantangan yang serba modern dan serba teknologi, tidak heran banyak anak di luar sana di memiliki ilmu serta hebat dalam teknologi namun lemah dalam akhlak.” (Said, “wawancara” 2022).Selanjutnya wawancara pada tanggal 9 Juni 2022 dengan Rahman santri kelas XI, dia menyatakan bahwa : “kami selalu berteman baik sesama teman lain kak, tanpa membeda-bedakan antar yang miskin dan kaya, kalau ketemu selalu menyapa baik di dalam pondok maupun diluar pondok, kami juga saling menghargai dan menghormati.” (Rahman, “wawancara”, 2022). “Hal ini dilihat dari keseharian mereka bahwa mereka KIIIES 5.0, 2022, Volume 1 memang sudah saling menghargai dan menghormati sesama teman, hanya ada sedikit siswa laki-laki yang sifatnya bercanda saja menggangu teman lainnya” Berdasarkan hasil Observasi, Wawancara dan Dokumentasi dapat disimpulkan bahwa Siantri bersikap baik terhadap temannya tanpa membedakan yang kaya dan miskin, saling menghargai dan menghormati, guru juga selalu mengingatkan untuk selalu bersikap baik dan tidak boleh saling bully terhadap sesama dan orang lain. Akhlak setiap orang memang berbeda-beda tidak akan pernah ada yang sama. Anak kembar pun kadang akan berbeda satu sama lain. Ketika seorang anak di lingkungan keluarganya sudah ditanamkan dengan akhlak Islami. Maka sifatnya pun akan mencerminkan akhlak Islami. Demikian juga dengan anak sama sekali tidak pernah dikenalkan dengan akhlak Islami. Maka pebuatanya pun juga akan jauh dari kata Islami. Dilihat dari beberapa ringkasan observasi dan wawancara serta peninjauan langsung dilapangan penulis memberikan beberapa program dalam pengembangan krakter akhlakul karimah, di sini target yang menjadi sasaran peniulis adalah para guru karena para guru adalah induk dari roda pendidikan pesantren yang akan menerapak segala bentuk program, teori dan berbagai aspek lainnya yang kemudian semua itu akan di aplikasikan oleh santri nantinya. Implementasi Program yang di berikan dalam penanaman nilai akhlakul karimah diantaranya ialah : 1. Pembiasaan Pembiasaan ini memiliki peran besar dalam penanaman nilai-nilai agama Islam terhadap tingkah laku siswa karena dapat menumbuhkan dan menggiring siswa dalam menghayati nilai-nilai agama Islam sehingga dapat membentuk siswa memiliki akhlak yang mulia. Di lembaga sekolah, usaha guru memberikan pembiasaan ini sangat erat hubungannya dengan penerapan tata tertib sekolah, karena tata tertib sekolah mengatur segala tingkah laku siswa, baik dalam tata cara berpakain, bergaul, belajar sikap terhadap teman, guru dan lingkungan disekitar mereka. Berfungsi atau tidaknya tata tertib sekolah ini sangat memengaruhi usaha pendidikan akhlak siswa (Syarif, 2020). Harapannya dengan pembiasaan ini penanaman nilai akhlakul karimah akan selalu membekas pada diri santri dan menjadikan mereka sebagai suri tauladan. 2. Keteladanan Metode keteladanan merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam proses pendidikan melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru (modeling). Keteladanan dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islām karena hakekat pendidikan Islām ialah mencapai keredhaan kepada Allāh dan mengangkat tahap akhlak dalam bermasyarakat berdasarkan pada agama serta membimbing masyarakat pada rancangan akhlak yang dibuat oleh Allāh Swt. untuk manusia. Guru merupakan contoh terbaik dalam pandangan anak, karena segala tindakkannya, sopan santunnya, cara berpakaiannya, kedisiplinannya dan tutur katanya akan selalu diperhatikan oleh peserta didik. oleh karena itu dalam memberikan keteladanan kepada siswa harus memberikan contoh secara langsung dari diri kita. keteladanam tidak hanya fokus kepada guru agama saja tetapi pada semua guru mata pelajaran. karena dalam hal ini guru merupakan figure tauladan. Dengan adanya sikap keteladanan ini menjadikan para santri menjadi orang yang lebih tertib dan berdisiplin. 3. Pemberian Nasehat Pemberian nasehat di dalam penanaman akhlakul karimah sangat penting, karena dengan nasehat juga akan memberi pengaruh terhadap anak. Nasihat merupakan suatu didikan dan peringatan yang diberikan berdasarkan kebenaran dengan maksud untuk menegur dan membangun seseorang dengan tujuan yang baik. Nasehat selalu bersifat mendidik. Dalam memberikan nasehat harus berdasarkan kebenaran. Sebagaimana wawancara peneliti dengan Ustadz Rifki selaku wali kelas , beliau mengatakan bahwa contoh menanamkan sifat jujur kepada siswa seperti ketika para siswa hendak melaksanakan ujian, sebelum itu kami menasehati para siswa untuk selalu berprilaku jujur dalam mengerjakan ujian, jangan sampai saling contek dan kerjasama dalam keburukan, kami selalu berusaha memberikan motivasi kepada mereka untuk mempunyai rasa percaya diri dalam menegerjakan soal ujian. Walaupun nilai randah, itu akan lebih berharga karena hasil sendiri. Dengan adanya pemberian nasihat ini para santri menjadi lebih termotivasi untuk selalu melakukan hal-hal baik. Dengan memberikan beberapa program dalam penanaman nilai akhlakul karimah terhadap segenap santri maka selesailah ringkasan dalam pembahasan ini, yang menjadi harapannya ialah para guru harus tetap lebih sengat dan giat dalam membimbing para generasi bangsa ini untuk menjadi para figur yang memiliki karakter akhlakul karimah. 5. Kesimpulan Kesimpulannya Dilihat dari beberapa ringkasan observasi dan wawancara serta peninjauan langsung dilapangan penulis perlu memberikan beberapa program dalam pengembangan krakter akhlakul karimah. Implementasi Program yang di berikan dalam penanaman nilai akhlakul karimah diantaranya ialah : 1. Pembiasaan Pembiasaan ini memiliki peran besar dalam penanaman nilai-nilai agama Islam terhadap tingkah laku siswa karena dapat menumbuhkan dan menggiring siswa dalam menghayati nilai-nilai agama Islam sehingga dapat membentuk siswa memiliki 125 akhlak yang mulia. Di lembaga sekolah, usaha guru memberikan pembiasaan ini sangat erat hubungannya dengan penerapan tata tertib sekolah, karena tata tertib sekolah mengatur segala tingkah laku siswa, baik dalam tata cara berpakain, bergaul, belajar sikap terhadap teman, guru dan lingkungan disekitar mereka. Berfungsi atau tidaknya tata tertib sekolah ini sangat memengaruhi usaha pendidikan akhlak siswa (Syarif, 2014). Harapannya dengan pembiasaan ini penanaman nilai akhlakul karimah akan selalu membekas pada diri santri dan menjadikan mereka sebagai suri tauladan. 2. Keteladanan Metode keteladanan merupakan suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam proses pendidikan melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru (modeling). Keteladanan dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islām karena hakekat pendidikan Islām ialah mencapai keredhaan kepada Allāh dan mengangkat tahap akhlak dalam bermasyarakat berdasarkan pada agama serta membimbing masyarakat pada rancangan akhlak yang dibuat oleh Allāh Swt. untuk manusia. Guru merupakan contoh terbaik dalam pandangan anak, karena segala tindakkannya, sopan santunnya, cara berpakaiannya, kedisiplinannya dan tutur katanya akan selalu diperhatikan oleh peserta didik. oleh karena itu dalam memberikan keteladanan kepada siswa harus memberikan contoh secara langsung dari diri kita. 3. Pemberian Nasehat Pemberian nasehat di dalam penanaman akhlakul karimah sangat penting, karena dengan nasehat juga akan memberi pengaruh terhadap anak. Nasihat merupakan suatu didikan dan peringatan yang diberikan berdasarkan kebenaran dengan maksud untuk menegur dan membangun seseorang dengan tujuan yang baik. Nasehat selalu bersifat mendidik. Dalam memberikan nasehat harus berdasarkan kebenaran. Dengan memberikan beberapa program dalam penanaman nilai akhlakul karimah terhadap segenap santri maka selesailah ringkasan dalam pembahasan ini, yang menjadi harapannya ialah para guru harus tetap lebih sengat dan giat dalam membimbing para generasi bangsa ini untuk menjadi para figur yang memiliki karakter akhlakul karimah. Referensi Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) Alfauzan Amin, Implementasi Pendidikan Agama Islam Berwawasan Lingkungan Hidup Dan Budaya Di Sekolah Menengah Pertama, Indonesian Journal Of Social Science Education volume 1, Nomor 1, Januari 2019, h. 88, Maret 2020. Alfauzan Amin, Model Pembelajaraan Agama Islam Di Sekolah, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018) Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2017) Ayu Safitri, Penanaman Nilai-Nilai Akhlakul Karimah Siswa Di Sekolah Menegah Pertama Negeri 22 Kota Bengkulu. (Skripsi) IAIN Bengkulu. 2021 David Moeljadi dkk, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online Diakses Melalui https://github/com/yukuku/kbbi4 15 Juni 2020. Desi Aulia Siregar, Pengembangan Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2013 Di Kelas Viii Smp-It Nurul Fadhilah, UIN Sumatra Utara Medan, 2018 Dhea.Ma, “Macam-Macam Nilai Menurut Prof. Notonegoro Dan Waber G.Everet” Artikel Diakses Pada 05 Maret 2020 Dari http://Blogdeee.Blogspot.Com/2011/03/Macam-Macam Nilai-Menurut-Prof.htm Directorat Pembinaan SMP (2010). Panduan Pendidikan karakter. (Depdiknas: Jakarta) https://ejoural.iainbengkulu.ac.id/index.php./ijsse/article/view/1917/1603 Jamal Syarif, Penanaman Akhlakul Karimah Oleh Guru Kepada Siswa Sekolah Dasar Negeri Murung Raya 1 Banjarmasin, Jurnal Uin-Antasari- Ac.Id, 2014, Diunduh September 2020, File:///C:/Users/Asus/Downloads/1848-4974-1-PB%20.Pdf Lexy J. Maleong. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam TInjauan Teoritis dan PRaktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) Manna’ Khalil al-Qat ṭt ṭan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, Terj. Mudzakir As, Studi Ilmu-Ilmu Alquran (Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2007) Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, PT Bina Ilmu, 2004) Observasi Penelitian, 8 juni 2022 Di Pondok Pesantren Modern Alkhairaat Siniu Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Gramedia Pratama, 2001) Sutarjo Susilo, Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter, (Jakarta: Rajawali Press, 2012) Sri Narwanti, (2011), Pendidikan Karakter pengintegrasian 18 nilai pembentuk karakter dalam mata pelajaran, (Yogyakarta: Famili (Grup Relasi Inti Media) Sutarjo Susilo, Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter, (Jakarta: Rajawali Press, 2012) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :Depdiknas, 2003) Suharsini Arikunto, 2014: Prosedur Penelitian Ilmiah: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta) Implementasi Pengembangan Nilai Karakter Akhlakul Karimah Santri Pondok Pesantren Modern Alkhairaat Siniu Dalam Menghadapi Perkembangan Era Society 5.0 Implementasi Pengembangan Nilai Karakter Akhlakul Karimah Santri Pondok Pesantren Modern Alkhairaat Siniu Dalam Menghadapi Perkembangan Era Society 5.0 Implementasi Pengembangan Nilai Karakter Akhlakul Karimah Santri Pondok Pesantren Modern Alkhairaat Siniu Dalam Menghadapi Perkembangan Era Society 5.0 121 122 124 126