iThenticate

Document Viewer
Similarity Index
16%

20 Pengolahan Informasi dan Hubungannya dengan ...

By: Adawiyah Pettalongi

As of: Feb 7, 2023 9:38:14 AM
1,489 words - 10 matches - 9 sources

sources:

paper text:

Prosiding Kajian Islam dan Integrasi Ilmu di Era Society 5.0 (KIIIES 5.0) Pascasarjana Universitas Islam Negeri Datokarama Palu 2022 ISSN: Website: https://kiiies50.uindatokarama.ac.id/ Pengolahan Informasi dan Hubungannya dengan Teori Zone Of Proximal Development (ZPD) Vygotsky (Pengamatan pada Proses Pembelajaran PAI di SMAN 1 Palu Kelas XII IPA 8) Muh Nur Afwan1*, Adawiyah Pettalongi2 & Sitti Hasnah3 Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Datokarama Palu E-mail: afwanglory524@gmail.com INFORMASI INFORMASI ABSTRAK Artikel ini membahas tentang Apa Hubungan Pengolahan Informasi dengan Teori Zone of KATAKUNCI Proximal Development (ZDP) Vygotsky pada proses pembelajaran PAI di SMAN 1 Palu Pengolahan Informasi, ZPD, Kelas XII Ipa 8 ?
metode yang digunakan adalah metode kualitatif, hasil penelitian Vygotsky menyebutkan bahwa Berdasarkan
pengamatan penulis pada pembelajaran PAI kelas XII IPA 8 di SMAN 1 PALU, penulis menemukan bahwa dari 28 orang siswa 5 diantaranya cepat dalam mengolah informasi, 16 siswa sedang, dan 7 sisanya lambat. Dengan kata lain 5 orang siswa sudah terbiasa menghafal ayat-ayat Al-quran sehingga dalam materi pembelajaran hafalan ayat ini, mereka berada pada tingkat perkembangan Actual Development (Bisa menghafal ayat tanpa bantuan orang lain), sementara 23 siswa lainnya berada pada tingkat perkembangan Potential Development (Membutuhkan orang lain/Lingkungan/interaksi social untuk menghafal ayat-ayat Al-qur’an).Pada kasus ini guru menggunakan peserta didik lainnya (Teman sebaya) sebagai Scaffolding yang menstimulus peserta didik lainnya melalui celah yang oleh Vygotsky diebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Dengan menggunakan metode pembelajaran kelompok, guru membagi peserta didik atas 5 kelompok yang terdiri dari siswa dengan Actual development dan Potential Development secara merata. 1. Pendahuluan Proses internalisasi dan transformasi nilai pendidikan dalam diri peserta didik adalah hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Pemahaman psikologi anak haruslah dapat dipahami dan dimengerti oleh seorang guru, salah satu diantaranya adalah Teori pengolahan informasi dimana peserta didik menerima mengolah dan menyimpan informasi atau nilai-nilai pendidikan yang disampaikan oleh seorang guru. Dalam proses pendidikan formal, informal ataupun nonformal, keragaman sosiocultural mendjadi suatu hal yang tak terpisahkan, mengingat manusia adalah makhluk social dan saling membutuhkan satu dengan lainnya, karena itu juga manusia disebut sebagai animal educable, human educandus dan human educandus. (Arif, 2014) Bagaimanakah keterkaitan pengolahan informasi dan hubungannya dengan proses pembelajaran PAI di SMAN 1 Palu kelas XII IPA 8, akan dibahas dalam Artikel ini. 1 Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI). Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Kajian Islam dan Integrasi Ilmu di Era Society 5.0 (KIIIES 5.0) pada Pascasarjana Universitas Islam Negeri Datokarama Palu sebagai Presenter 2 Dosen UIN Datokarama Palu 3 Dosen UIN Datokarama Palu Pengolahan Informasi dan Hubungannya dengan Teori Zone Of Proximal Development (ZPD) Vygotsky (Pengamatan pada Proses Pembelajaran PAI di SMAN 1 Palu Kelas XII IPA 8) 2. Tinjauan Pustaka Pengolahan Informasi jika ditinjau dari suku katanya, berasal dari dua suku kata yaitu : Pengolahan dan informasi. Pengolahan berasal dari kata “Olah” dengan awalan Peng- dan akhiran -an. Pengolahan juga disebut sebagai proses yang melibatkan input, proses dan output. Sementara
informasi berarti penerangan, keterangan, pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu .(Hoetomo; 2015) Pengolahan Informasi
dalam diri manusia secara sederhana dapat kita sebutkan sebagaimana “pengolahan” yang
terdiri dari input, proses dan output. Dalam hal ini
manusia menangkap informasi-informasi dari luar berupa fakta, kabar, pengetahuan, perasaan, dan lain sebagainya menggunakan indranya yang kemudian menjadi input untuk diproses dalam memori, disimpan dan dikeluarkan sebagai output ketika ia diperlukan. Gredler menyebut proses input tersebut dengan Sensory Register yang kemudian diproses dan disimpan dalam memori manusia yang terdiri dari dua memori
yaitu : Short Term Memory (Memori jangka pendek) dan Long Term Memory (Memori Jangka Panjang
).
Setiap manusia mempunyai alat pengingat berupa memori, pada awalnya memori manusia dianggap hanya memiliki fungsi untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama dan dimunculkan kembali bila diperlukan. Pandangan ini kemudian berubah dimana memori manusia adalah suatu struktur yang kompleks yang memproses dan mengorganisasikan seluruh pengetahuan manusia
. Informasi diproses, dipilih dan ditranformasi
menjadi informasi yang bermakna kemudian disimpan dalam memori jangka panjang. Sistem memori ini memiliki proses yang
multistage. (Gredler; 2013) Menurut Vygotsky dalam Arends, menyebutkan bahwa
pelajar memiliki dua tingkat perkembangan berbeda : tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial’. Tingkat perkembangan aktual terjadi ketika individu mandiri dalam menggunakan kemampuan kognitifnya secara fungsional. Selanjutnya perkembangan potensial merupakan tingkatan kognitif yang bisa dicapai oleh anak-anak melalui bantuan orang dewasa seperti guru, orang tua, atau teman sebaya yang lebih kompeten
. (Arends; 2008) Untuk memfasilitasi 2 perkembangan diatas,
Vygotksy mengetengahkan suatu wilayah diantara perkembangan actual dan potensial, yang disebut zone of proximal development (ZPD). Selasaras dengan pernyataan Schunk yang menyatakan bahwa ZPD didefinisikan “sebagai jarak antara level perkembangan actual yang ditentukan melalui pemecahan masalah secara mandiri dan level potensial perkembangan yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa atau dengan kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu”. ZPD dimaknai juga sebagai zona belajar yang mampu dijangkau oleh anak-anak, zona actual terlalu mudah sehingga menyebabkan stagnan kemampuan kognitif siswa, sebaliknya zona potensial terlalu sulit dijangkau siswa meskipun dengan bantuan orang dewasa, sehingga dampaknya adalah frustasi
. (Schunk; 2018) Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding”. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui Zone of proximal developmentnya. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap - tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Dari kedua teori psikologi diatas (Teori Pengolahan Informasi dan Teori Sosiocultural Vygotsky), perlu digaris bawahi bahwa
peserta didik memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam proses menerima, menyimpan dan
mengolah informasi. Sehingga pemahaman seluruh peserta didik terkait materi pembelajaran tidak dapat dijamin hanya dengan satu aksi pembelajaran saja. Diperlukan aksi-aksi penunjang lainnya agar keragaman kemampuan peserta didik dalam mengolah informasi dapat diatasi. Diantara aksi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan sosiocultural dalam proses pembelajaran sebagaimana teori Vygotsy yang telah terjabar diatas. 13 KIIIES 5.0, 2022 3. Methodologi Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau kualitatif menggunakan metode wawancara, observasi dandokumentasi sebagai wasilah pengumpulan data 4. Hasil dan Pembahasan Penulis melakukan pengamatan pada proses pembelajaran PAI Pada kelas XII IPA 8 di SMAN 1 Palu, penulis menemukan bahwa tingkat kecepatan pengolahan informasi peserta didik berada pada tingkatan yang cenderung berbeda-beda, terlebih pada mata pelajaran PAI yang memuat materi-materi pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk menghafal ayat- ayat tertentu dalam Al-Qur’an. Pada kasus ini, dari 28 orang siswa 5 diantaranya cepat dalam mengolah informasi, 16 siswa sedang, dan 7 sisanya lambat. Dengan kata lain 5 orang siswa sudah terbiasa menghafal ayat-ayat Al-quran sehingga dalam materi pembelajaran hafalan ayat ini, mereka berada pada tingkat perkembangan Actual Development (Bisa menghafal ayat tanpa bantuan orang lain), sementara 23 siswa lainnya berada pada tingkat perkembangan Potential Development (Membutuhkan orang lain/Lingkungan/interaksi social untuk menghafal ayat-ayat Al-qur’an). Pada kasus ini guru menggunakan peserta didik lainnya (Teman sebaya) sebagai Scaffolding untuk menstimulus peserta didik lainnya melalui celah yang oleh Vygotsky diebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Dengan menggunakan metode pembelajaran kelompok, guru membagi peserta didik secara merata
dalam 5 kelompok yang setiap kelompok terdiri dari siswa
dengan Actual development dan Potential Development. Dengan menggunakan metode tersebut dan guru yang juga berperan sebagai Scaffolding pembantu, masalah pengolahan informasi yang berbeda pada materi penghafalan ayat dapat diatasi, adapun follow up yang dilakukan guru agar ayat yang dihafal tersimpan pada Long Therm Memory (Memori Jangka Panjang) peserta didik, adalah dengan mengulang-ulangi ayat tersbut di setiap Awal dan akhir pembelajaran, bahkan di waktu peserta didik merasa suntuk dalam proses pembelajaran. 5. Kesimpulan Tingkat pengolahan informasi peserta didik yang cenderung berbada, mengharuskan seorang guru untuk melakukan upaya- upaya ekstra dalam pembelajaran, salah satu upaya yang dilakukan sebagai problem solving terkait masalah tersebut adalah dengan melibatkan Keragaman Sosiokultural pada proses perkembangan kognitif anak sebagaimana teori Vygotsky. Berdasarkan pengamatan penulis pada pembelajaran PAI kelas XII IPA 8 di SMAN 1 PALU, penulis menemukan bahwa dari 28 orang siswa 5 diantaranya cepat dalam mengolah informasi, 16 siswa sedang, dan 7 sisanya lambat. Dengan kata lain 5 orang siswa sudah terbiasa menghafal ayat-ayat Al-quran sehingga dalam materi pembelajaran hafalan ayat ini, mereka berada pada tingkat perkembangan Actual Development (Bisa menghafal ayat tanpa bantuan orang lain), sementara 23 siswa lainnya berada pada tingkat perkembangan Potential Development (Membutuhkan orang lain/Lingkungan/interaksi social untuk menghafal ayat-ayat Al-qur’an). Pada kasus ini guru menggunakan peserta didik lainnya (Teman sebaya) sebagai Scaffolding yang menstimulus peserta didik lainnya melalui celah yang oleh Vygotsky diebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Dengan menggunakan metode pembelajaran kelompok, guru membagi peserta didik atas 5 kelompok yang terdiri dari siswa dengan Actual development dan Potential Development secara merata. Referensi Arif, Arifuddin M. Cara Cepat Memahami Konsep Pebdidikan Agama Islam. Palu: EnDeCe Press, 2014. Gredler, M.E. Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. (Terjemahan Tri Wibowo B.S). Jakarta: Kencana, 2013. R.I, Arends. Learning to Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Schunk. Learning Theories An Educational Perspective. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. 12 14